Recent Post

Kamis, 20 Juni 2013

RINDU AYAH #1


Namaku Untung. Untung titik. Usia sepuluh tahun. Entah kenapa orang tuaku memberi nama itu padaku. Untung, ya untung, mungkin mereka ingin aku menjadi orang yang beruntung. Aneh ya, namaku untung tapi nasibku sama sekali tidak beruntung. Aku dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam keluarga miskin yang pekerjaan utamanya hanyalah sebagai pencari kayu bakar di lereng gunung merapi. Ibuku bernama Latif sedang Bapakku bernama Yakin. Bapak meninggalkan aku delapan tahun yang lalu, kata Ibu, Bapak pergi ke Jakarta untuk mencari uang. Tapi sampai saat ini Bapak tidak pernah kembali. Kata etek Irni, Bapak pergi karna malu punya anak cacat seperti aku. Itu kata Etek Irni tetanggaku yang terkenal cerewet itu. Tapi aku tidak percaya, Bapak pergi untuk mencari uang dan Bapak tidak pulang karena Bapak belum mendapatkan uang. Bapak sangat sayang padaku, makanya Bapak pergi merantau ke Jakarta. Itu kata Ibu, dan aku percaya dengan apa yang Ibu katakan. Ibu tidak pernah berbohong padaku, Ibu sangat memanjakanku. Sepulang menjual kayu bakar di pasar, Ibu selalu membawakan aku ojeg, itu makanan kesukaanku. Tapi sekarang aku tak bisa lagi menunggu Ibu di gubuk kami bersama Mimi, kucing kesayanganku. Ibu sudah tidur, iya tidur dengan tenang di dalam tanah, mati. Aku sedih sekali ditinggal Ibu, mungkin sesedih Mimi waktu Ibunya kami buang ke pasar karena terlalu sering hamil. Malam-malam jadi semakin sunyi dan sepi, aku hanya berdua di gubuk ini bersama Mimi. Alhamdulillah, ada tetangga yang berbaik hati sering mengirimi kami makanan. Mengingat Ibu, aku jadi teringat bahwa aku tidak sebatang kara di dunia ini. Aku masih punya Bapak, Yakin namanya tinggal di Jakarta. Dan akhirnya dengan meumpang truk aku menuju ke sana. Mimi kutitipkan pada Etek Irni. Kalau Bapak sudah ketemu, pasti Mimi akan aku bawa ke Jakarta.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar